Berikut adalah contoh Essay
Imunitas: Tameng Alami Melawan
Covid-19
Penduduk dunia saat ini sedang menghadapi masalah serius
yaitu pandemi virus korona jenis SARS-Cov-2 yang mengakibatkan penyakit
Covid-19. Virus ini awalnya merebak di Wuhan pada bulan Desember 2019. Asal
usul virus ini juga sempat menjadi perdebatan sengit seperti dilansir dari Liputan6.com. Amerika Serikat (melalui
Presiden Donald Trump) menuding virus korona berasal dari China sementara di
lain pihak Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, menuding
sebaliknya dengan mengatakan bahwa justru tentara Amerika Serikat yang membawa
virus ini ke Wuhan. Selain perdebatan dua negara adidaya tersebut, masyarakat
juga diresahkan oleh adanya teori konspirasi yang pertama kali dibuat oleh
seorang ilmuwan dari Amerika Serikat bernama Dr. Judy Mikovits. Dilansir kumparan.com, ia menuding Bill Gates dan
WHO (Eorld Health Organization) sebagai dalang di balik pandemi Covid-19.
Pernyataan ini mendapatkan sanggahan dari banyak pihak termasuk ilmuwan. Dari
artikel yang berjudul “The proximal origin of SARS-Cov-2” oleh Kristian G.
Anderson dkk, diketahui bahwa tim ini telah membandingkan data sekuens genom
yang sudah ada untuk beberapa strain
virus korona. Genom ini kemudian diurutkan dan dibandingkan dengan virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) dan
MERS (Middle East Respiratory Syndrom).
Data menunjukkan bahwa sangat tidak mungkin membentuk virus korona melalui
manipulasi laboratorium. Ada dua kemungkinan yang menjelaskan asal usul virus
korona yaitu (i) akibat dari seleksi alam pada inang hewan sebelum transfer
zoonosis; dan (ii) seleksi alam pada manusia setelah transfer zoonosis.
Terlepas dari perdebatan-perdebatan tadi, perlu kita kaji beberapa hal
berkaitan virus korona agar tidak terjadi miskonsepsi.
Status virus sebagai makhluk
Virus memiliki struktur sederhana tidak seperti sel.
Ia bisa bersifat seperti makhluk hidup (mampu berkembang biak saat berada di
dalam sel hidup) dan bersifat seperti makhluk tak hidup (tidak melakukan
metabolisme ketika di luar sel hidup). Artinya, virus tidak bisa mereplikasi
diri jika berada di luar sel hidup karena virus memerlukan inang untuk bertahan
hidup. Perbandingan struktur tubuh virus dengan sel prokariotik dan sel
eukariotik digambarkan sebagai berikut.
Virus hanya memiliki DNA sebagai materi
genetiknya sedangkan sel prokariotik dan eukariotik memiliki DNA dan RNA.
Keadaan ini menjelaskan bahwa virus memerlukan asam nukleat sel inang agar bisa
memperbanyak diri sehingga virus belum bisa dikatakan sebagai makhluk/ sel.
Terlebih lagi dalam proses kehidupannya, ia sangat tergantung dari sel inang
hidup dan akan mati jika berada di luar sel inangnya. Namun ketika berada di
dalam sel inang, virus bersifat parasit karena ia akan mengganggu metabolisme
sel inang bahkan mengakibatkan kehancuran sel itu sendiri.
Perkembangbiakan virus dalam tubuh manusia
Seperti dijelaskan di atas bahwa virus memerlukan
sel inang untuk memperbanyak diri. Sel inang ini berasal dari makhluk hidup, termasuk
manusia. Ada banyak penyakit pada tubuh manusia yang disebabkan oleh virus,
diantaranya influenza, campak, AIDS dan penyakit covid-19 yang sedang melanda
dunia saat ini. Penyebaran virus pada manusia bisa melalui udara (saluran
pernapasan) atau melalui sistem peredaran darah. Perkembangan virus dalam tubuh
manusia melalui replikasi (perbanyakan) baik itu secara siklik maupun non
siklik, spesifik tergantung dari karakteristik asam nukleat virus itu sendiri.
Sebagai contoh virus korona. Seorang ahli mikrobiologi
seluler dari University of Reading, dr. Simon Clarke mengatakan
bahwa virus korona akan
pindah ke saluran udara dan
menyerang paru-paru serta sistem kekebalan seperti virus lainnya."Virus tidak dapat mereproduksi sel sendiri,
tidak seperti bakteri atau sel manusia, sehingga menginfeksi sel kita untuk
membuat salinan dirinya sendiri. Ketika itu terjadi, sistem kekebalan tubuh
Anda bereaksi dengan banyak cara yang berbeda dan menyebabkan peradangan untuk
menghilangkan infeksi" penjelasan
Clarke seperti dilansir dari suara.com. Ia
juga menambahkan bahwa infeksi virus korona terjadi di jaringan-jaringan serta saluran paru-paru. Infeksi ini menyebabkan terjadinya peradangan di paru-paru
dan saluran pernapasan sehingga pernapasan akan menjadi lebih sulit
bhkan mengakibatkan gagal napas yang berujung pada kematian.
Mekanisme tubuh terhadap virus
Tubuh manusia memiliki
sel darah putih untuk melindungi tubuh dari berbagai serangan bakteri, jamur,
atau virus patogen. Sel darah putih merupakan bagian dari sistem imun yang
berfungsi untuk menangkal virus atau bakteri penyebab penyakit. Ia mampu melacak dan melawan mikroorganisme asing pada tubuh secara langsung melawan agen penyakit tersebut, atau dengan membentuk antibodi. Salah satu ciri seseorang telah terinfeksi
mikroorganisme asing adalah demam. Melansir Healthline.com, orang dewasa dianggap demam apabila suhu tubuhnya di atas
37,8 derajat Celsius, sementara pada anak-anak dengan menggunakan indikator demam berdasarkan
hasil pengukuran suhu rektal, telinga, atau dahi di atas 38 derajat Celsius, pengukuran
suhu di ketiak lebih dari 37,2 derajat Celsius, serta pengukuran
suhu di lidah lebih dari 37,8 derajat Celsius. Demam ini mengindikasikan bahwa tubuh
sedang melakukan perlawanan terhadap infeksi mikroorganisme asing yang masuk ke
dalam tubuh. Meskipun demikian, ada pula demam yang berakibat fatal apabila
tidak ditangani dengan segera karena kenaikan suhu tubuh yang terlalu melonjak
tinggi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah doi otak.
Asal usul dan evolusi virus corona
Asal usul virus korona
sampai saat ini masih dalam perdebatan. Dilansir dari kemkes.go.id,
kasus penyebaran virus korona dimulai pada 31 Desember 2019. Saat itu, WHO China Country Office melaporkan adanya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Kemudian pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Sehingga akhirnya pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/ PHEIC) akibat penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Saat ini virus korona sudah mengalami evolusi dari sebelumnya. Para ilmuwan menganggap bahwa kelelawar merupakan inang virus korona karena banyaknya penyakit yang muncul dari spesies ini. Dilansir kompas.com, Zheng-Li Shi, direktur Center for Emerging Infectious Diseases di National Institute of Health melacak sumber virus SARS asli pada kelelawar dan mengidentifikasi SARS-CoV-2. Tim peneliti ini juga melaporkan bahwa penyebaran virus korona ke manusia asil dari kemampuan virus untuk mengikat sel inang melalui perubahan materi genetiknya.
Upaya
tubuh menjaga diri dan orang lain dari virus
Upaya yang dilakukan
tubuh untuk menjaga diri dan orang lain dari virus adalah dengan perlindungan,
baik itu secara mekanik mapupun fisiologis. Perlindungan mekanik berkaitan
dengan struktur tubuh manusia yang memiliki kulit sebagai pelindung tubuh,
sedangkan perlindungan fisiologis adalah dengan adanya sel-sel darah putih. Berkaitan
dengan perlindungan diri terhadap virus korona, sudah sepantasnya kita
melindungi penyebarnnya dengan cara rajin mencuci tangan. Hal ini karena kulit
merupakan pertahanan pertama tubuh manusia. Jika ternyata virus itu sudah
masuk, maka kita wajib melindungi diri dengan meningkatkan imunitas atau daya
tahan tubuh. Cara yang dilakukan adalah dengan menghindari stres, memperhatikan
asupan makanan bergizi, dan yang paling penting adalah melakukan olahraga agar
produktivitas sel-sel darah putih menjadi lancar. Jadi intinya, kekuatan tubuh
utama terhadap virus adalah dengan imunitas. Semoga kita semua selalu dalam
imunitas baik agar terhindar dari Covid-19. Salam sehat.
Rujukan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar